Pemandian Air Pocong, Surga Tersembunyi yang Instagramable di Bangkalan Madura

TRAGAH, BANGKALAN, Surga tersembunyi di Bangkalan. Mungkin itulah frasa kata yang cocok untuk menggambarkan objek wisata yang akan kita bahas ini. Ya, walaupun memiliki nama yang agak seram, namun sejatinya tempat ini menawarkan daya tarik wisata yang luar biasa indah, yaitu berupa areal pemandian alami dengan air yang luar biasa jernih. Bahkan sangking jernihnya air di tempat ini ikan-ikan yang tinggal di sini bisa terlihat dengan jelas. Lokasi Pemandian Sumber Pocong ada di Dusun Karang Anyar, Desa Pocong Kec. Tragah, Kab. Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Jika ingin berkunjung ke pemandian ini, Anda dapat berkendara ke Desa Pocong. Sesampainya di sana, Anda kami sarankan untuk bertanya ke masyarakat sekitar, mengingat akses jalannya yang belum begitu jelas.

Pemandian air tawar yang sangat jernih ini belum dijadikan sebagai tempat wisata. Kalau kamu ingin mengunjunginya, harus bertanya dengan warga di sekitar Desa Pocong, karena tidak ada penunjuk jalan. Wisata yang jarang diketahui orang ini berada di kawasan berudara sejuk.

Pemandian Sumber Pocong terletak di Desa Pocong, Kecamatan Burneh, Bangkalan, Madura. Namanya pemandiannya memang terdengar menyeramkan, namun pemandian ini merupakan tujuan wisata yang menawarkan tempat berlibur yang masih asri. 

Letaknya cukup tersembunyi serta butuh usaha lebih untuk mencapai lokasi ini, tetapi segala usaha lebih dan lelahnya akan terbayarkan jika sudah sampai di pemandian ini. Kolam dengan air tawar yang sangat jernih, alami dengan dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun.

Menurut cerita masyarakat setempat, sumber air pertama ditemukan muncul dari bawah pohon pocong, kemudian disusul dengan munculnya sumber air lain sehingga membentuk sungai kecil.

Ada juga beberapa rumor yang menyebutkan bahwa asal-muasal nama Desa Pocong berasal dari kejadian mistis. Dikisahkan, ketika desa ini masih berupa hutan belantara dan belum banyak penghuni, ada hantu pocong yang muncul setiap hari. Kejadian ini berlangsung selama 40 hari berturut-turut, sehingga desa ini kemudian diberi nama Desa Pocong. (za)